1.Tema
Tema pada novel Dibawah Lindungan Ka’Bah adalah tentang cinta yang tak sampai
karena perbedaan status sosial yang menghalangi untuk Zaenab dan Hamid bisa
bersama. Hamid adalah seorang pemuda miskin yang tinggal bersama ibunya karena
ayahnya telah meninggal semasa Hamid kecil. Berbeda dengan Zaenab anak dari
seorang saudagar kaya, orang tuanya tentu memilihkan pasangan hidup bagi Zaenab
karena agar harta kekayaannya tetap terjaga tentu dari kalangan orang kaya
pula.
2.Plot (alur)
Alur cerita yang digunakan dalam novel Dibawah
Lindungan Ka’Bah adalah alur campuran yaitu maju dan
mundur. Kerena dalam novel ini menceritakan kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi dan berlanjut kembali ke masa depan.
begitupun dengan filmnya menggunakan alur mundur, lalu maju menceritakan masa
yang akan datang.
Berikut adalah proses alur dalam novel Di
Bawah Lindungan Ka’Bah dan
film Di Bawah Lindungan Ka’Bah;
Ø Pengenalan
Situasi Cerita
Dalam
novel Di Bawah Lindungan Ka’Bah diawali pada tahun 1927 di Mekkah saat tokoh saya sedang
ingin melaksanakan ibadah haji bertemu dengan seorang pemuda bernama Hamid,
merekapun berteman. Dilihatnya Hamid yang selalu termenung, sehingga tokoh saya
ingin mengetahui apa yang sedang di alami sahabatnya itu.
“Sudah
lama saya perhatikan hal-ihwalmu, saudara, rupanya engkau dalam dukacita yang
amat sangat. Agaknya engkau kurang percaya kepada saya, sehingga engkau tak mau
membagi-bagi kedukaan itu dengan saya. Sebagai seorang kawan, yang wajib berat
sama memikul dan ringan sama menjinjing….( HAMKA, 2010:9).
“….
setelah itu ia menarik nafas panjang, seakan-akan mengumpulkan ingatan yang
bercerai-berai dan ia pun memulai perkataannya. (HAMKA, 2010:10)
Hamid
yang hanya tinggal berdua dengan ibunya karena ketika dia umur empat tahun
ayahnya telah meninggal. Hamid dan ibunya tinggal dalam kemiskinan, Hamid pun
yang sudah memasuki umur enam tahun harus menunda masuk sekolah karena tidak
adanya biaya. Suatu hari telah pindah ke kampung Hamid seorang saudagar kaya
bernama Haji Ja’far beserta istri yaitu Mak Asiah dan satu anak perempuannya
bernama Zaenab. Perhatian Haji Ja'far dan Mak Asiah sangat baik. Hamid dianggap
seperti anaknya sendiri. Mereka sangat baik kepada Hamid karena perilaku Hamid
terpuji dan taat beragama. Karena itu pula Hamid disekolahkan bersama dengan
Zaenab. Hamid dan Zaenab pun berhubungan baik layaknya kakak-beradik. Mak Asiah
pun sudah menganggap ibu Hamid seperti saudara sendiri.
“Zaenab telah saya pandang sebagai adik
kandung, saya jaga dari gangguan murid-murid yang lain. Lepas dari sekolah
kerap kali saya datang dengan ibu ke rumah besar itu, kalau-kalau ada yang
patut kami bantu dan kami tolong, karena kami telah dipandang sebagai anggota
rumah yang indah itu” (HAMKA, 2010:17)
Jika dalam film Di Bawah Lindungan Ka’bah awal pengenalan langsung pada menit 00.28
ketika Hamid yang pulang kembali kekampung setelah menempuh pendidikan diploma
di Thawalib, Padang Panjang dan mengingat kejadian tahun 1919 dimana Hamid
berterima kasih kepada Haji Ja’far atas kebaikannya selama ini yang telah
menyekolahkannya.
Ø Menuju
Adanya Konflik
Setelah bertahun-tahun Hamid dan Zaenab
bersama-sama menempuh pendidikan akhirnya mereka lulus juga dari pendidikan
MULO, sesuai tradisi yang berlaku, ketika sudah lulus MULO seorang gadis tidak
boleh melanjutkan lagi pendidikannya hingga ke jenjang yang lebih tinggi,
karena mereka sudah masuk masa pinyitan. Zaenab pun harus menerima itu, berbeda
dengan Hamid yang harus melanjutkan pendidikannya hal itu pun karena Haji
Ja’far masih sanggup untuk membiayai sekolahnya. Hamid memilih pendidikan
Diploma di Thawalib, Padang Panjang. Selama Hamid berada di Padang Panjang, dia
merasa kesepian, seperti telah kehilangan suatu hal, Hamid pun menyadari bahwa
dia sedang merindukan Zaenab, bukan sebagai kakak kepada adik melainkan
perasaan lebih, Hamid jatuh cinta pada Zaenab.
“…. Rindu kepadanya membukakan pintu
angan-angan saya menghadapi zaman yang akan datang. Dahulu saya tiada pedulikan
hal itu, tetapi setelah saya bersadar dan terpisah darinya, barulah saya insaf,
bahwa kalau bukan di dekatnya, saya berasa kehilangan” (HAMKA, 2010:24)
Ø Puncak
Konflik
Musibah
pun datang, dengan tiba-tiba saja Haji Ja’far meninggal sedangkan dalam film terdapat pada menit
01.04.40 kabar Engku Ja’far meninggal karena kapal yang ia tumpangi untuk
menunaikan Haji terbakar dan tenggelam.
Dalam
novel Di Bawah Lindungan Ka’bah. Hamid
pun harus kembali ke kampung dan tidak bisa kembali ke Padang Panjang karena
harus mengurus ibunya yang sedang sakit. Dengan kondisi yang sakit ibu Hamid ingin
berbicara dengan Hamid mengenai perasaan anaknya itu kepada Zaenab, Ibu Hamid
mengetahui bahwa anaknya sudah jatuh cinta pada Zaenab. Ibunya pun berpesan
agar Hamid membuang jauh perasaannya itu, jangan pernah di ungkapkan karena
mereka berbeda status sosial.
“ orang sebagai kita ini telah di cap
dengan ‘derajat bawah’ atau ‘orang kebanyakan’, sedang mereka diberi nama
‘cabang atas’, cabang atas adakalanya karena pangkat dan adakalanya karena
harta benda.” (HAMKA, 2010:28)
Ibu Hamid pun meninggal. Setelah
kehilang dua orang yang amat sangat disayangi, Hamid merasa sebatang kara, dia
tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk hidupnya setelah ini. Suatu hari
Hamid bertemu dengan Mak Asiah, Mak Asiah pun meminta Hamid untuk datang
kerumah karena ada yang ingin Mak Asiah bicarakan kepada Hamid. Keesokannya
Hamid pun datang kerumah Mak Asiah, ternyata Mak Asiah meminta Hamid membujuk
Zaenab agar mau bertunangan dengan kemenakan Almarhum Haji Ja’far. Mendengar
itu Hamid sangat terkejut karena dalam Hatinya, Hamid sangat mencintai Zaenab
dia tidak mungkin melakukan hal yang tidak dikehendaki oleh hatinya, namun di
sisi lain dia harus menuruti permintaan Mak Asiah sebagai bentuk rasa hormatnya
kepada orang yang telah membantu banyak dalam hidupnya. Hamid pun langsung
membujuk Zaenab agar menuruti apa yang ibunya katakana,film terdapat pada menit
01.17.50 sampai 01.23.40.
Setelah
kejadian pada pada hari itu, Hamid memutuskan untuk meninggalkan kota Padang
tanpa sepengetahuan Zainab. Hamid menuju kota Medan, ketika di Medan Hamid
mengirimkan surat kepada Zainab, dengan meberanikan diri mencurahkan segala
perasaan yang selama ini dipendamnya. Setelah dari Medan Hamid menuju ke Singapura,
mengembara ke Bangkok, berlayar terus memasuki tanah Hindustan menuju ke
Basrah, masuk ke Irak melalui Sahara Nejd dan sampailah ke Tanah Suci.
Sedangkan dalam film pada menit 01.27.50 Hamid pergi dan berpamitan kepada Mak
Asiah karena melanjutkan hukumannya.
Ø Pemecahan Masalah
Setahun
sudah Hamid berada di Mekkah. Ketika di Mekkah Hamid bertemu dengan Saleh,
teman sekampungnya yang kebetulan akan menunaikan ibadah Haji. Kehadiran Saleh
memberikan informasi kepada Hamid tentang keadan di kampungnya dan tentang
Zainab. Tentu ini semua membuat Hamid bahagia. Saleh juga memberi tahu bahwa
Zainab mencintai Hamid, Saleh tahu hal tersebut dari istrinya yaitu Rosna yang
kebetulan Rosna adalah sahabat Zainab.
Begitupun dengan Zainab kini ia telah mengetahui keberadaan Hamid, seseorang yang ia nantikan selama bertahun-tahun. Karena Saleh pula cinta keduanya jadi terbuka, setelah mereka saling mengirim surat yang dibantu oleh Saleh. Hamid dan Zainab kini sama-sama telah mengetahui perasaan masing-masing, yang ternyata cinta mereka tidak bertepuk sebelah tangan. Zaenab tetap menjaga teguh do’a untuk dirinya untuk menikah hanya dengan orang yang dia cintai dan mencintainya. Jika dalam film surat Zaenab dengan surat hamid sampai waktu bersamaan pada menit 01.47.50
Begitupun dengan Zainab kini ia telah mengetahui keberadaan Hamid, seseorang yang ia nantikan selama bertahun-tahun. Karena Saleh pula cinta keduanya jadi terbuka, setelah mereka saling mengirim surat yang dibantu oleh Saleh. Hamid dan Zainab kini sama-sama telah mengetahui perasaan masing-masing, yang ternyata cinta mereka tidak bertepuk sebelah tangan. Zaenab tetap menjaga teguh do’a untuk dirinya untuk menikah hanya dengan orang yang dia cintai dan mencintainya. Jika dalam film surat Zaenab dengan surat hamid sampai waktu bersamaan pada menit 01.47.50
Ø Penyelesaian
Tetapi
sebelum keduanya bertemu di tanah air, Tuhan telah berkehendak lain. Surat
Rosna membawa kabar bahwa Zainab telah meninggal, karena begitu berat ia
menahan rindu kepada Hamid lelaki yang ia cintai, mereka tidak dapat bersama
karena status sosial mereka yang berbeda, disusul pula oleh Hamid yang setelah
berdoa di antara pintu ka’bah dengan Batu Hitam (Hajar Aswad), ia meninggal.
“Di bibirnya terbayang suatu senyuman
dan…sampailah waktunya. Lepas ia dari tanggapan dunia yang mahaberat ini,
dengan keizinan Tuhannya. Di Bawah Lindungan Ka’bah!” (HAMKA, 2010:62)
Hamid
dan Zaenab meninggal diwaktu yang sama dengan tempat yang berbeda. Hamid
meninggal setelah berdo’a, dekat dengan Ka’bah. Terdapat pada menit 01.48.26
sampai 01.52.25
3.Latar Cerita
1) Latar
Waktu: Dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah.
Ø Tahun 1927 di Mekkah. Di buktikan
dalam kutipan berikut. Menceritakan awal mula tokoh saya yang pada saat itu
pergi Haji
“Konon
kabarnya, belumlah pernah orang naik haji seramai tahun 1927 itu, baik sebelum
itu ataupun sesudahnya.” (HAMKA, 2010:5)
“….
Dua hari kemudian saya pun sampai di Mekkah, Tanah Suci kaum muslim sedunia.”
(HAMKA, 2010:5)
Dalam
film Di Bawah Lindungan Ka’bah.
Ø Awal cerita pada tahun 1922 pada
saat Hamid kembali setelah menyelesaikan pendidikan diplomanya di Padang
Panjang.
Ø Menceritakan masalalu pada tahun
1919.
Ø Dan masa yang akan datang dimulai
pada tahun 1927.
2) Latar
Tempat
Dalam
novel Di Bawah Lindungan Ka’bah berlatar tempat
sebagai berikut;
Ø kota
Padang, Sumatra Barat, tempat Hamid dan Zaenab tinggal dari semasa kecil hingga
dewasa.
Ø Padang
Panjang tempat Hamid melanjutkan pendidikannya di Thawalib.
Ø Medan
sebagai kota pertama Hamid singgah setelah memutuskan pergi dari kampungnya dan
bertujuan untuk ke Mekkah.
Ø Dan
Mekkah tempat Hamid menunaikan ibadah Haji.
Jika dalam film Di
Bawah Lindungan Ka’bah terdapat
latar;
Ø Rumah, tempat Hamid biasa bertemu
denga Zaenab
Ø Surau, tempat berkumpul orang
sekampung untuk sholat, tempat anak-anak mengaji, dan tempat untuk acara lain seperti
pada saat lomba debat.
Ø Pantai, tepi sungai, dan pasar
tempat Hamid dan Zaenab bermain bertemu kemudian bersenda gurau
Ø Perkuburan, tempat ibu Hamid
dimakamkan
Ø Mekkah, tempar Hamid dan Saleh
bertemu yang ingin melaksanakan ibadah Haji.
3) Latar
Suasana
Ø Suasana
Bahagia
Terdapat beberapa latar suasan gembira
pada novel dan film Di Bawah Lindungan Ka’bah. Seperti pada kutipan
berikut;
ü “Waktu itu kelihatan nyata oleh saya mukanya
merah, nampak sangat gembiranya melihat kedatangan saya.” (HAMKA, 2010:33).
Suasana
bahagia saat Hamid berkunjung ke rumah Zainab. Sedangkan dalam film dibuktikan pada
menit 20.10 saat Hamid pulang dari Thawalib.
Ø Suasana
Sedih
ü “Tidak mak, cuma
kematian yang bertimpa-timpa itu agak mendukakan hatiku, itulah sebabnya saya
kurang keluar dari rumah.” (HAMKA, 2010:33).
Suasana sedih dalam film yang Hamid
rasakan karena kematian ibunya. Terdapat
pada menit 01.16.10
ü “Setelah
kira-kira lima menit lamanya, barulah mukanya diangkatnya, air matanya
kelihatan menggelenggang, mengalir setitik dua titik ke pipinya….”(HAMKA,
2010:37)
Suasana
sedih ketika Hamid melunakan hati Zainab supaya menuruti permintaan ibunya
untuk mau ditunangankan dengan orang yang sudah dipilih untuk menjadi suaminya.
Dalam film terdapat pada menit 01.23.40
4.Penokohan
1) Saya: Tokoh Utama yang akhirnya
bertemu dan berteman dengan Hamid.
2) Hamid: Berbudi pekerti luhur, sopan,
pintar, rendah hati dan sederhana.
3) Ibu Hamid: Wanita yang gigih berjuang membesarkan anaknya
walau hanya sendirian. Baik hati dan penuh kasih sayang.
4) Zainab: Anak perempuan Haji Ja’far
dan Mak Asiah. Berteman dengan Hamid sejak kecil. Selalu bersama-sama hingga
tamat sekolah. Zainab baik hatinya, sopan, ramah dan sangat patuh kepada orang
tuanya.
5) Haji Ja’far: Saudagar kaya yang
membantu kehidupan Hamid dan ibunya, yang menyekolahkan Hamid. Haji Ja’far
sangat dermawan dan baik hati.
6) Mak Asiah: Mak Asiah adalah wanita
penuh kasih sayang. Baik hatinya kepada siapa saja.
7) Rosna: Istri Saleh dan juga sahabat
baik Zainab, dia selalu bersedia mendengarkan keluh kesah Zaenab dan menemani
Zaenab di saat Zaenab merasa sedih karena kepergian Hamid.
8) Saleh: Teman semasih sekolah hamid
yang ingin melanjutkan penddidikannya di Mesir. Suami Rosnah.
Penambahan dan juga perubahan tokoh
dalam film Di Bawah Lindungan Ka’bah adalah
:
1) Arifin: Jika dalam novel dia adalah
kemenakan Haji Ja’far hanya saja dalam novel tidak disebutkan siapa namanya. pemuda
kaya yang sedang bersekolah di Jawa, pemuda yang akan di jodohkan dengan
Zaenab.
2) Ghazali: pemuda yang menjadi lawan
Hamid dalam lomba debat.
3) Rosnah: sahabat Zaenab yang selalu
membantu di rumah Zaenab dan juga menemani Zaenab kemanapun. Bukan istri dari
Shaleh.
4) Shaleh: teman Hamid yang juga
bekerja di tempat Haji Ja’far. Bukan suami Rosnah.
5. Sudut Pandang
Dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah
menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku sampingan. Karena dalam cerita
tokoh utamanya yaitu ‘saya’ yang bertemu dengan Hamid di Mekkah lalu menjadi
teman, menceritakan kisah Hamid dengan sudut pandang orang pertama pelaku utama
yaitu Hamid sendiri. Sedangkan dalam film menggunakan sudut pandang orang
pertama pelaku utama yaitu Hamid.
6.
Amanat
Amanat dari tema ini adalah ketika kita hanya di
pandang sebelah mata oleh orang lain, ingatlah bahwa Allah selalu memandang
semua hambanya sama, tidak terhalang dengan miskin dan kaya dan terpandang atau
tidaknya seseorang, hanya keimanan dari diri sendiri lah yang membuat kita
berbeda di hadapan Allah. Ketika segala apa yang ada di dunia ini menghalangi
keinginanmu percayalah bahwa Allah mempunyai caranya sendiri untuk kita
mendapatkan apa yang kita inginkan. Mencintai seseorang tidak semata hanya
memandang fisik dan kekayaan saja tetapi juga hatinya.