Wikipedia

Hasil penelusuran

Kamis, 06 Februari 2014

ANALISIS NOVEL DI BAWAH LINDUNGAN KA'BAH (karya Hamka)

1.Tema
Tema pada novel Dibawah Lindungan Ka’Bah adalah tentang cinta yang tak sampai karena perbedaan status sosial yang menghalangi untuk Zaenab dan Hamid bisa bersama. Hamid adalah seorang pemuda miskin yang tinggal bersama ibunya karena ayahnya telah meninggal semasa Hamid kecil. Berbeda dengan Zaenab anak dari seorang saudagar kaya, orang tuanya tentu memilihkan pasangan hidup bagi Zaenab karena agar harta kekayaannya tetap terjaga tentu dari kalangan orang kaya pula.
2.Plot (alur)
Alur cerita yang digunakan dalam novel Dibawah Lindungan Ka’Bah adalah alur campuran yaitu maju dan mundur. Kerena dalam novel ini menceritakan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi dan berlanjut kembali ke masa depan. begitupun dengan filmnya menggunakan alur mundur, lalu maju menceritakan masa yang akan datang.
Berikut adalah proses alur dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’Bah dan film Di Bawah Lindungan Ka’Bah;
Ø  Pengenalan Situasi Cerita
Dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’Bah diawali pada tahun 1927 di Mekkah saat tokoh saya sedang ingin melaksanakan ibadah haji bertemu dengan seorang pemuda bernama Hamid, merekapun berteman. Dilihatnya Hamid yang selalu termenung, sehingga tokoh saya ingin mengetahui apa yang sedang di alami sahabatnya itu.
“Sudah lama saya perhatikan hal-ihwalmu, saudara, rupanya engkau dalam dukacita yang amat sangat. Agaknya engkau kurang percaya kepada saya, sehingga engkau tak mau membagi-bagi kedukaan itu dengan saya. Sebagai seorang kawan, yang wajib berat sama memikul dan ringan sama menjinjing….( HAMKA, 2010:9).
“…. setelah itu ia menarik nafas panjang, seakan-akan mengumpulkan ingatan yang bercerai-berai dan ia pun memulai perkataannya. (HAMKA, 2010:10)
Hamid yang hanya tinggal berdua dengan ibunya karena ketika dia umur empat tahun ayahnya telah meninggal. Hamid dan ibunya tinggal dalam kemiskinan, Hamid pun yang sudah memasuki umur enam tahun harus menunda masuk sekolah karena tidak adanya biaya. Suatu hari telah pindah ke kampung Hamid seorang saudagar kaya bernama Haji Ja’far beserta istri yaitu Mak Asiah dan satu anak perempuannya bernama Zaenab. Perhatian Haji Ja'far dan Mak Asiah sangat baik. Hamid dianggap seperti anaknya sendiri. Mereka sangat baik kepada Hamid karena perilaku Hamid terpuji dan taat beragama. Karena itu pula Hamid disekolahkan bersama dengan Zaenab. Hamid dan Zaenab pun berhubungan baik layaknya kakak-beradik. Mak Asiah pun sudah menganggap ibu Hamid seperti saudara sendiri.
“Zaenab telah saya pandang sebagai adik kandung, saya jaga dari gangguan murid-murid yang lain. Lepas dari sekolah kerap kali saya datang dengan ibu ke rumah besar itu, kalau-kalau ada yang patut kami bantu dan kami tolong, karena kami telah dipandang sebagai anggota rumah yang indah itu” (HAMKA, 2010:17)
Jika dalam film Di Bawah Lindungan Ka’bah awal pengenalan langsung pada menit 00.28 ketika Hamid yang pulang kembali kekampung setelah menempuh pendidikan diploma di Thawalib, Padang Panjang dan mengingat kejadian tahun 1919 dimana Hamid berterima kasih kepada Haji Ja’far atas kebaikannya selama ini yang telah menyekolahkannya.
Ø  Menuju Adanya Konflik
  Setelah bertahun-tahun Hamid dan Zaenab bersama-sama menempuh pendidikan akhirnya mereka lulus juga dari pendidikan MULO, sesuai tradisi yang berlaku, ketika sudah lulus MULO seorang gadis tidak boleh melanjutkan lagi pendidikannya hingga ke jenjang yang lebih tinggi, karena mereka sudah masuk masa pinyitan. Zaenab pun harus menerima itu, berbeda dengan Hamid yang harus melanjutkan pendidikannya hal itu pun karena Haji Ja’far masih sanggup untuk membiayai sekolahnya. Hamid memilih pendidikan Diploma di Thawalib, Padang Panjang. Selama Hamid berada di Padang Panjang, dia merasa kesepian, seperti telah kehilangan suatu hal, Hamid pun menyadari bahwa dia sedang merindukan Zaenab, bukan sebagai kakak kepada adik melainkan perasaan lebih, Hamid jatuh cinta pada Zaenab.
“…. Rindu kepadanya membukakan pintu angan-angan saya menghadapi zaman yang akan datang. Dahulu saya tiada pedulikan hal itu, tetapi setelah saya bersadar dan terpisah darinya, barulah saya insaf, bahwa kalau bukan di dekatnya, saya berasa kehilangan” (HAMKA, 2010:24)
Ø  Puncak Konflik
Musibah pun datang, dengan tiba-tiba saja Haji Ja’far meninggal sedangkan dalam film terdapat pada menit 01.04.40 kabar Engku Ja’far meninggal karena kapal yang ia tumpangi untuk menunaikan Haji terbakar dan tenggelam.
Dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah. Hamid pun harus kembali ke kampung dan tidak bisa kembali ke Padang Panjang karena harus mengurus ibunya yang sedang sakit. Dengan kondisi yang sakit ibu Hamid ingin berbicara dengan Hamid mengenai perasaan anaknya itu kepada Zaenab, Ibu Hamid mengetahui bahwa anaknya sudah jatuh cinta pada Zaenab. Ibunya pun berpesan agar Hamid membuang jauh perasaannya itu, jangan pernah di ungkapkan karena mereka berbeda status sosial.
“ orang sebagai kita ini telah di cap dengan ‘derajat bawah’ atau ‘orang kebanyakan’, sedang mereka diberi nama ‘cabang atas’, cabang atas adakalanya karena pangkat dan adakalanya karena harta benda.” (HAMKA, 2010:28)
Ibu Hamid pun meninggal. Setelah kehilang dua orang yang amat sangat disayangi, Hamid merasa sebatang kara, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk hidupnya setelah ini. Suatu hari Hamid bertemu dengan Mak Asiah, Mak Asiah pun meminta Hamid untuk datang kerumah karena ada yang ingin Mak Asiah bicarakan kepada Hamid. Keesokannya Hamid pun datang kerumah Mak Asiah, ternyata Mak Asiah meminta Hamid membujuk Zaenab agar mau bertunangan dengan kemenakan Almarhum Haji Ja’far. Mendengar itu Hamid sangat terkejut karena dalam Hatinya, Hamid sangat mencintai Zaenab dia tidak mungkin melakukan hal yang tidak dikehendaki oleh hatinya, namun di sisi lain dia harus menuruti permintaan Mak Asiah sebagai bentuk rasa hormatnya kepada orang yang telah membantu banyak dalam hidupnya. Hamid pun langsung membujuk Zaenab agar menuruti apa yang ibunya katakana,film terdapat pada menit 01.17.50 sampai 01.23.40.
Setelah kejadian pada pada hari itu, Hamid memutuskan untuk meninggalkan kota Padang tanpa sepengetahuan Zainab. Hamid menuju kota Medan, ketika di Medan Hamid mengirimkan surat kepada Zainab, dengan meberanikan diri mencurahkan segala perasaan yang selama ini dipendamnya. Setelah dari Medan Hamid menuju ke Singapura, mengembara ke Bangkok, berlayar terus memasuki tanah Hindustan menuju ke Basrah, masuk ke Irak melalui Sahara Nejd dan sampailah ke Tanah Suci. Sedangkan dalam film pada menit 01.27.50 Hamid pergi dan berpamitan kepada Mak Asiah karena melanjutkan hukumannya.
Ø  Pemecahan Masalah
Setahun sudah Hamid berada di Mekkah. Ketika di Mekkah Hamid bertemu dengan Saleh, teman sekampungnya yang kebetulan akan menunaikan ibadah Haji. Kehadiran Saleh memberikan informasi kepada Hamid tentang keadan di kampungnya dan tentang Zainab. Tentu ini semua membuat Hamid bahagia. Saleh juga memberi tahu bahwa Zainab mencintai Hamid, Saleh tahu hal tersebut dari istrinya yaitu Rosna yang kebetulan Rosna adalah sahabat Zainab.
Begitupun dengan Zainab kini ia telah mengetahui keberadaan Hamid, seseorang yang ia nantikan selama bertahun-tahun. Karena Saleh pula cinta keduanya jadi terbuka, setelah mereka saling mengirim surat yang dibantu oleh Saleh. Hamid dan Zainab kini sama-sama telah mengetahui perasaan masing-masing, yang ternyata cinta mereka tidak bertepuk sebelah tangan. Zaenab tetap menjaga teguh do’a untuk dirinya untuk menikah hanya dengan orang yang dia cintai dan mencintainya. Jika dalam film surat Zaenab dengan surat hamid sampai waktu bersamaan pada menit 01.47.50
Ø  Penyelesaian
Tetapi sebelum keduanya bertemu di tanah air, Tuhan telah berkehendak lain. Surat Rosna membawa kabar bahwa Zainab telah meninggal, karena begitu berat ia menahan rindu kepada Hamid lelaki yang ia cintai, mereka tidak dapat bersama karena status sosial mereka yang berbeda, disusul pula oleh Hamid yang setelah berdoa di antara pintu ka’bah dengan Batu Hitam (Hajar Aswad), ia meninggal.
“Di bibirnya terbayang suatu senyuman dan…sampailah waktunya. Lepas ia dari tanggapan dunia yang mahaberat ini, dengan keizinan Tuhannya. Di Bawah Lindungan Ka’bah!” (HAMKA, 2010:62)
Hamid dan Zaenab meninggal diwaktu yang sama dengan tempat yang berbeda. Hamid meninggal setelah berdo’a, dekat dengan Ka’bah. Terdapat pada menit 01.48.26 sampai 01.52.25
3.Latar Cerita
1)      Latar Waktu: Dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah.
Ø Tahun 1927 di Mekkah. Di buktikan dalam kutipan berikut. Menceritakan awal mula tokoh saya yang pada saat itu pergi Haji
“Konon kabarnya, belumlah pernah orang naik haji seramai tahun 1927 itu, baik sebelum itu ataupun sesudahnya.” (HAMKA, 2010:5)
“…. Dua hari kemudian saya pun sampai di Mekkah, Tanah Suci kaum muslim sedunia.” (HAMKA, 2010:5)
Dalam film Di Bawah Lindungan Ka’bah.
Ø  Awal cerita pada tahun 1922 pada saat Hamid kembali setelah menyelesaikan pendidikan diplomanya di Padang Panjang.
Ø  Menceritakan masalalu pada tahun 1919.
Ø  Dan masa yang akan datang dimulai pada tahun 1927.
2)      Latar Tempat
Dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah berlatar tempat sebagai berikut;
Ø kota Padang, Sumatra Barat, tempat Hamid dan Zaenab tinggal dari semasa kecil hingga dewasa.
Ø Padang Panjang tempat Hamid melanjutkan pendidikannya di Thawalib.
Ø Medan sebagai kota pertama Hamid singgah setelah memutuskan pergi dari kampungnya dan bertujuan untuk ke Mekkah.
Ø  Dan Mekkah tempat Hamid menunaikan ibadah Haji.
Jika dalam film Di Bawah Lindungan Ka’bah terdapat latar;
Ø Rumah, tempat Hamid biasa bertemu denga Zaenab
Ø Surau, tempat berkumpul orang sekampung untuk sholat, tempat anak-anak mengaji, dan tempat untuk acara lain seperti pada saat lomba debat.
Ø Pantai, tepi sungai, dan pasar tempat Hamid dan Zaenab bermain bertemu kemudian bersenda gurau
Ø Perkuburan, tempat ibu Hamid dimakamkan
Ø Mekkah, tempar Hamid dan Saleh bertemu yang ingin melaksanakan ibadah Haji.
3)      Latar Suasana
Ø Suasana Bahagia
Terdapat beberapa latar suasan gembira pada novel dan film Di Bawah Lindungan Ka’bah. Seperti pada kutipan berikut;
ü   “Waktu itu kelihatan nyata oleh saya mukanya merah, nampak sangat gembiranya melihat kedatangan saya.” (HAMKA, 2010:33).
Suasana bahagia saat Hamid berkunjung ke rumah Zainab. Sedangkan dalam film dibuktikan pada menit 20.10 saat Hamid pulang dari Thawalib.
Ø Suasana Sedih
ü  “Tidak mak, cuma kematian yang bertimpa-timpa itu agak mendukakan hatiku, itulah sebabnya saya kurang keluar dari rumah.” (HAMKA, 2010:33).
Suasana sedih dalam film yang Hamid rasakan karena kematian  ibunya. Terdapat  pada menit 01.16.10
ü  “Setelah kira-kira lima menit lamanya, barulah mukanya diangkatnya, air matanya kelihatan menggelenggang, mengalir setitik dua titik ke pipinya….”(HAMKA, 2010:37)
Suasana sedih ketika Hamid melunakan hati Zainab supaya menuruti permintaan ibunya untuk mau ditunangankan dengan orang yang sudah dipilih untuk menjadi suaminya. Dalam film terdapat pada menit 01.23.40
4.Penokohan
1)      Saya: Tokoh Utama yang akhirnya bertemu dan berteman dengan Hamid.
2)      Hamid: Berbudi pekerti luhur, sopan, pintar, rendah hati dan sederhana.
3)       Ibu Hamid: Wanita yang gigih berjuang membesarkan anaknya walau hanya sendirian. Baik hati dan penuh kasih sayang.
4)      Zainab: Anak perempuan Haji Ja’far dan Mak Asiah. Berteman dengan Hamid sejak kecil. Selalu bersama-sama hingga tamat sekolah. Zainab baik hatinya, sopan, ramah dan sangat patuh kepada orang tuanya.
5)      Haji Ja’far: Saudagar kaya yang membantu kehidupan Hamid dan ibunya, yang menyekolahkan Hamid. Haji Ja’far sangat dermawan dan baik hati.
6)      Mak Asiah: Mak Asiah adalah wanita penuh kasih sayang. Baik hatinya kepada siapa saja.
7)      Rosna: Istri Saleh dan juga sahabat baik Zainab, dia selalu bersedia mendengarkan keluh kesah Zaenab dan menemani Zaenab di saat Zaenab merasa sedih karena kepergian Hamid.
8)      Saleh: Teman semasih sekolah hamid yang ingin melanjutkan penddidikannya di Mesir. Suami Rosnah.
Penambahan dan juga perubahan tokoh dalam film Di Bawah Lindungan Ka’bah adalah :
1)      Arifin: Jika dalam novel dia adalah kemenakan Haji Ja’far hanya saja dalam novel tidak disebutkan siapa namanya. pemuda kaya yang sedang bersekolah di Jawa, pemuda yang akan di jodohkan dengan Zaenab.
2)      Ghazali: pemuda yang menjadi lawan Hamid dalam lomba debat.
3)      Rosnah: sahabat Zaenab yang selalu membantu di rumah Zaenab dan juga menemani Zaenab kemanapun. Bukan istri dari Shaleh.
4)      Shaleh: teman Hamid yang juga bekerja di tempat Haji Ja’far. Bukan suami Rosnah.
5.   Sudut Pandang
Dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku sampingan. Karena dalam cerita tokoh utamanya yaitu ‘saya’ yang bertemu dengan Hamid di Mekkah lalu menjadi teman, menceritakan kisah Hamid dengan sudut pandang orang pertama pelaku utama yaitu Hamid sendiri. Sedangkan dalam film menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama yaitu Hamid.
6.   Amanat
Amanat dari tema ini adalah ketika kita hanya di pandang sebelah mata oleh orang lain, ingatlah bahwa Allah selalu memandang semua hambanya sama, tidak terhalang dengan miskin dan kaya dan terpandang atau tidaknya seseorang, hanya keimanan dari diri sendiri lah yang membuat kita berbeda di hadapan Allah. Ketika segala apa yang ada di dunia ini menghalangi keinginanmu percayalah bahwa Allah mempunyai caranya sendiri untuk kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Mencintai seseorang tidak semata hanya memandang fisik dan kekayaan saja tetapi juga hatinya.